KENAPA
MANUASIA MALAS ?
Oleh : Sri
Rahmayuni
ABSTRAK
Kemalasan termasuk kata yang paling tua dipakai
manusia. Kita akrab dengan kata ini dari kecil sampai tua. Malas adalah suatu
perasaan di mana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena dalam
pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk
melakukan hal tersebut.
Iman adalah
salah satu faktor penentu apakah seseorang malas atau tidak. Iman seseorang pastilah
mengalami pasang surut naik dan turun sesuai dengan kadar ketaatan. Semakin
kuat dan semangat dalam ketaatan, maka hal itu sebagai indikasi imannya sedang
naik. Sebaliknya, iman akan berkurang dengan kemaksiatan. Jiwa manusia sifatnya
bagaikan anak kecil, harus terus dilatih agar terbiasa dengan ketaatan. Nah,
ketika rasa malas menghampiri dalam jiwa, harus ada usaha menepisnya, agar
tidak terus-menerus terkurung dalam rasa malas yang tiada henti.
Penyebab kemalasan
adalah cinta kesenangan, mengutamakan pengangguran dan tidak siap menghadapi
kesulitan. Bisa juga rasa malas timbul karena tabiat/ kebiasaan seseorang yang
cenderung bermalas-malasan, keadaan lingkungan juga berpengaruh terhadap
mood/selera seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Kesedihan
orang yang lalai dan lengah akan terasa lebih menyakitkan daripada segala
siksaan manakala ia menyaksikan keberhasilan orang yang giat dan
bersungguh-sungguh. Membiasakan bersikap disiplin akan mengurangi rasa malas,
melakukan sesuatu yang terjadwal, jadi kalau kita sudah memiliki perencanaan
yang rapi, rasa malas itu akan hilang untuk itu kita perlu menjadikan diri kita
sendiri sebagai pusat (locus of control). Alasannya sangat jelas. Meski memang
ada sejumlah faktor eksternal yang membuat kita malas, tetapi kalau kita
bertekad menolak menjadi pemalas, maka kemalasan itu sementara sifatnya. Tapi
bila tidak, kemalasan yang dipicu apapun akan abadi atau minimalnya berlangsung
terlalu lama, bahkan bisa menjadi label, ciri khas atau sifat.
Kata
orang, hidup ini seperti sepeda. Agar stabilitasnya terjaga, maka harus
digerakkan, dijalankan atau dinaiki. Begitu sepeda itu berhenti, maka
stabilitasnya hilang. Bagaimana menstabilkan hidup? Ini memang butuh sasaran
dan program. Seperti yang sudah kita bahas, sasaran itu akan menggerakkan kita
untuk mencapainya. Supaya keseimbangannya sempurna, sasaran itu kita susun
seharmonis mungkin dengan keadaan diri kita. Katakanlah jika anda seorang
pelajar atau mahasiswa. Jika anda membuat sasaran yang tidak match dengan
keberadaan anda sebagai pelajar atau mahasiswa, ini akan berpotensi menimbulkan
kemalasan dalam belajar. Buatlah sasaran, target, program yang match dengan
keberadaan dan keadaan anda saat ini.
Definisi Malas
Malas
dalam bahasa Arab disebut dengan al-kaslu yang bermakna berat untuk mengerjakan
sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu.
Imam
Raghib al-Ashfahani rahimahullah mengatakan, “Malas adalah merasa berat dalam
suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat.”
Malas
adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena
dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan
untuk melakukan hal tersebut.
Macam-Macam Malas
Sifat
malas ada dua macam:
Pertama:
Malasnya akal, tidak memakainya untuk berpikir dan merenungi ciptaan Allah
‘Azza wa Jalla atau bisa juga tidak menggunakan akal untuk sesuatu yang
memperbaiki dirinya, berupa dunia dan kehidupannya. Tidaklah kemunduran sebuah
kaum kecuali karena sebab malasnya orang-orang yang berakal dan sedikitnya
orang yang mau memanfaatkan kekuatan pikiran pemberian Allah ‘Azza wa Jalla
ini.
Kedua:
Malasnya badan. Yaitu mencakup seluruh anggota badan. Malas ini akan membawa
kemunduran individu. Berpengaruh pada keadaan suatu kaum dalam bidang
pertanian, industri, dan selain keduanya.[8]
Sebab-Sebab Malas
1. Tabiat manusia itu sendiri
Di
antara manusia ada yang terbiasa untuk berjiwa malas. Jiwanya condong untuk
menunda-nunda sebuah urusan. Tidak ada semangat untuk mencapai perkara yang sempurna. Hidupnya
habis untuk bermalas-malasan, jalan di tempat, dan tidak maju-maju. Allahul
Musta’an
2. Pendidikan di rumah
Pendidikan
di dalam rumah mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk kepribadian
seseorang. Anak pemalas, bisa jadi karena kebiasaan di rumahnya demikian.
Inilah pentingnya menanamkan pendidikan yang benar sejak di dalam rumah.
3. Lingkungan dan masyarakat
Dua
perkara ini punya pengaruh besar dalam perubahan diri seseorang. Seorang yang
tumbuh dalam lingkungan yang baik akan melatih jiwa menjadi semangat. Hal ini
bagaikan sebuah tanaman yang tumbuh di tanah yang baik. Allah Jalla Jalaluh
berfirman:
4. Sedikitnya pendidik dan teladan yang
baik
Hal
ini bisa menimpa siapa saja. Orang yang tidak punya teladan dan pendidik yang
baik, maka dia akan tumbuh menjadi jiwa yang berkembang sesuai keinginannya.
Tumbuh hidup sesuai dengan keinginannya sendiri, tanpa arah dan bimbingan. Ini
perlunya mencari teman yang baik atau seorang yang bisa menjadi panutan.
5. Istri dan anak
Bisa
jadi seorang istri adalah fitnah bagi suaminya. Menghalanginya dari ibadah,
menghalanginya dari menuntut ilmu, menghalanginya dari mencari usaha untuk
menggapai perkara yang mulia. Hal itu dikarenakan seorang istri yang terlalu
banyak menuntut, meminta bantuan suaminya, dan lain-lain.
6. Banyak tidur
Banyak
tidur membuat hati menjadi kotor.
Jiwanya akan merasa malas, tidak punya semangat untuk berbuat kebaikan
dalam memanfaatkan waktunya. Waktunya habis di atas kasur, tercegah dari
kebaikan yang banyak.
7. Panjang angan-angan dan sering menunda-nunda
Ini
adalah problem besar yang sering menghambat dalam pemanfaatan waktu. Oleh
karena itu, Allah Jalla Jalaluhu mengancam dengan ancaman yang keras bagi orang
yang sering menunda-nunda dan berangan-angan
Terapi Bila Sifat Malas
Menghampiri
1. Menyadari pentingnya waktu
Waktu
adalah nikmat yang besar, ladang untuk menuai kebaikan, dan punya pengaruh yang
sangat jelas.
Maka
orang yang cerdas adalah yang mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan,
memanfaatkan sisa hidup yang ada dengan segala perkara yang bermanfaat, sebagai
bekal menuju kampung yang abadi. Bukan malah bermalas-malasan yang tidak
membawa manfaat sedikit pun!!
2. Bergaul dengan teman yang baik
Teman
punya pengaruh yang sangat kuat. Teman yang baik adalah teman yang bisa mengajak kebaikan danmendorong dalam
ketaatan. Maka berteman dengan teman yang rajin akan mendorong diri kita untuk
meniru dan ikut sepertinya.
3. Membaca kisah-kisah semangat para salaf
Karena
mereka adalah generasi terbaik umat ini. Bagaimana semangat mereka dalam
belajar, beribadah, dan istiqamah di atasnya.
Membaca kisah-kisah mereka bisa menggugah semangat jiwa yang sedang
dilanda rasa malas.
4. Kontinu mengerjakan amal shalih
Karena
hal itu akan membawa kebaikan bagi pelakunya. Amalan yang paling dicintai di
sisi Allah Jalla Jalaluhu adalah yang kontinu meskipun sedikit.
5. Isi dengan kegiatan bermanfaat
Bila
rasa malas menghampiri maka bersegeralah untuk menepisnya dengan mengerjakan
kegiatan yang bermanfaat. Semisal membaca buku-buku islami yang kita senangi,
olah raga, dan lain-lain dari kegiatan yang bermanfaat. Tujuan dari (hal) ini adalah agar rasa malas
yang sedang kita alami tetap terkendali dengan mengerjakan sesuatu yang
bermanfaat, tidak menyalahi aturan agama.
6. Do’a
Do’a
adalah senjatanya seorang muslim yang paling ampuh dalam menangkal virus malas
dan godaan setan.
Malas
adalah Filsafat
hidup yang negatif.
Misalnya:
“Daripada sudah bekerja keras tetapi tidak kaya-kaya, mendingan kerja
asal-asalan aja”, “Ngapain sekolah rajin, toh sudah banyak sarjana yang
nganggur”, “Boro-boro cari rizki yang halal, yang haram aja susahnya minta
ampun”, dan lain-lain. Kenapa itu semua disebut negatif? Secara arah (direction
and orientation), kesimpulan demikian kerap menggeret kita pada pola hidup yang
malas. Jadi, yang perlu kita waspadai adalah arahnya, bukan semata benar dan
salahnya secara konten. Lebih baik kita berpikir perlu belajar yang lebih giat
lagi supaya tidak menjadi sarjana yang nganggur. Lebih baik berpikir perlu
bekerja lebih keras lagi dan lebih cerdas lagi supaya kaya. Meski ini tidak
bisa memberikan jaminan dalam waktu yang sekaligus, tetapi arahnya positif,
dinamikanya positif dan energinya positif. Kita perlu sadar bahwa terkadang ada
banyak ucapan yang benar tetapi tidak bermanfaat (positif).
Membangun Pondasi
Personal
Kenapa
perlu membangun pondasi personal? Seperti yang sudah kita singgung, penyebab
dan pemicu kemalasan itu kalau dicari banyak (tak terhitung). Apalagi jika yang
kita cari itu adalah sebab eksternal di luar diri kita. Meski demikian, toh
ujung-ujungnya yang akan menjadi kunci utama di sini adalah tetap diri kita.
Inilah alasan kenapa kita perlu membangun fondasi itu.Fondasi personal adalah
seperangkat dasar-dasar hidup yang kita gunakan sebagai landasan dalam
melangkah. Dengan fondasi yang kuat ini diharapkan hidup kita tidak mudah goyah
atau ambruk oleh hal-hal yang tidak kita inginkan. Apa yang diperlukan untuk
membangun pondasi personal ini?
1.
Menjaga stabilitas.
2.
Perlu melakukan alignment.
Istilah
ini kerap dipakai dalam manajemen bisnis. Pengertian dasarnya adalah upaya
untuk meluruskan langkah agar tidak keluar dari track, rel, sasaran, target,
tujuan, visi, misi dan seterusnya.
3.
Perlu memiliki
personal-urgency.
Urgency
di sini desakan ke dalam atau semacam deadline yang kita buat sendiri untuk
diri kita (personal-impose). Untuk membangkitkan diri atau mengusir kemalasan,
baik itu temporer atau abadi, biasanya ini dibutuhkan.
4.
Perlu pembelajaran yang
terus menerus (continuous learning).
Seperti
yang sudah sering kita bahas, pembelajaran itu artinya memperbaiki diri dari
apa yang kita lakukan. Untuk bisa belajar ini syaratnya hidup kita harus
dinamis.
5.
Perlu membuka diri
terhadap berbagai pencerahan atau sesuatu yang bisa meng-inspirasi, memotivasi,
membersihkan kotoran batin dan menghidupkan pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar