
DISUSUN
OLEH :
DITA
GAYATRI
SRI
RAHMAYUNI
TITA
LASYAH
KELAS
2B
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
PENDIDIKAN MASA
PRALAHIR SAMPAI BATITA
1.
Pendidikan Pralahir
William
Sallenbach (1998) yang menyimpulkan bahwa periode pralahir merupakan masa
kritis bagi perkembangan fisik, emosi dan mental bayi. Ini adalah suatu masa di
mana kedekatan hubungan antara bayi dan orangtua mulai terbentuk dengan konsekuensi
yang akan berdampak panjang terutama berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan
bayi dalam kandungan.
Islam
memperkuat pandangan perlunya pendidikan pralahir. Tidak hanya itu, pendidikan
pralahir menurut Islam harus dimulai dari sejak sebelum terciptanya janin.
Yakni :
- Penciptaan
janin harus berasal dari pasangan yang sah. Bukan hubungan perzinahan (QS
Al Isra’ 17:32).
- Dalam
melakukan hubungan biologis, hendaknya dimulai dengan doa, setidaknya
dengan baca basmallah.
- Setelah
terjadinya proses nuthfah (sperma), berlanjut menjadi ‘alaqah dan kemudian
mudghah (segumpal daging) (QS Al Mu’minun 23:12-14), maka dimulailah
kehidupan seorang anak dalam rahim. Dari tahap ini, ada beberapa hal yang
harus dilakukan sang ibu, sebagai guru pertama seorang anak, untuk
mendidik anak yang masih dalam kandungan.
Indera pendengaran pada janin dalam kandungan berkembang sejak janin itu masuk usia 8 minggu, dan terbentuk sempurna ketika janin berusia 24 minggu. Air ketuban berperan penting sebagai penghantar suara yang baik. Janin mulai mendengar suara aliran darah melalui plasenta. Janin juga berekasi terhadap suara-suara keras yang dapat membuat janin terkejut dan melompat. Oleh karena itu, stimulasi pada janin paling tepat diberikan lewat suara.
Pada usia 24 minggu, otak janin sudah mampu memperdengarkan rangsangan suara. Apabila janin diperdengarkan ayat suci Al Qur'an maka dapat merangsang sel-sel otaknya. Hal ini tidak berarti bahwa dengan memperdengarkan ayat suci Al Qur'an volume otak janin menjadi lebih besar, melainkan dapat mengoptimalkan kerja sel-sel otak yang diharapkan bisa mencerdaskan anak.
Pada
dasarnya pendidikan dalam kandungan/pralahir berarti mendidik ibu yang sedang
mengandung bayinya yang secara garis lurus akan tertuju pada bayi yang sedang
di kandung. Berikut ini beberapa point pendidikan dalam kandungan yang dapat
dijalani semua ibu yang sedang mengandung maupun yang belum, diantaranya :
- Berpikir
positif dan berperang melawan emosi diri sendiri. Ibu yang berfikir positif
membantu janin belajar lebih baik di dalam rahim. Basis lingkungan sosial
janin adalah sang ibu dan pendidikan yang benar dimulai dengan ibu yang
sehat dalam segala hal. Untuk itu kondisi fisik dan kejiwaan sang ibu
harus prima selama mengandung serta berusaha menjaga keharmonisan dengan
pasangan dan berusaha menghindari konflik dengan pasangan, dengan demikian
diharapkan akan melahirkan bayi-bayi yang kuat. Sebaliknya bila ibu
berpikir negatif dan tidak berusaha menghindari konflik, maka akan lahir
bayi-bayi yang lemah dan akan berpengaruh pada emosi kejiwaan mereka.
- Stimulasi
kandungan dengan elusan dan tepukan halus. Hal ini bisa dilakukan ketika
si janin mulai menendang perut ibu, balaslah dengan tepukan halus dimana
ia menendang. Hal ini akan mengajarkan kepadanya bahwa setiap tindakannya
akan mendapat respon dari ibunya.
- Selalu
mengajak bayi berbicara. Semakin ibu komunikatif, semakin cepat bayi belajar
untuk mengerti setiap kata yang ibu sampaikan, karena di dalam perut ibu,
indera pendengaran bayi sudah mulai berfungsi. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperdengarkan musik bernuansa Islami agar anak terdidik mengenal
Allah sejak dini. Memperdengarkan musik klasik juga dapat menstimulasi
kecerdasannya dan bahkan dapat mempertinggi kemampuan pengembangan bahasanya
kelak.
- Perbanyak
berdoa. Ini
merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita, apalagi bila ibu sedang
mengandung, ada kehidupan lain di dalam perut ibu, hanya Tuhan yang mampu
memberikan itu semua, perbanyaklah ibadah, sering-seringlah mengaji, baik
untuk ketenangan bayi yang ada dalam kandungan ibu atau untuk ketenangan
ibunya sendiri. Alunan suara ibu yang sedang mengaji, akan membuat bayi
tenang juga menstimulasi otak dan pendengarannya
- Perbanyak
belajar.
Carilah kegiatan belajar sendiri, apapun itu. Walaupun janin tidak akan
belajar secara langsung dari aktifitas sang ibu, akan tetapi perilaku
mental ibu yang sehat akan menjadi kenyamanan dan keamanan tersendiri bagi
janin dan hal itu akan memberinya fondasi perilaku yang positif terhadap
pembelajaran setelah dia lahir.
Peran
(calon) ayah dalam hal ini tidak kalah pentingnya. Karena tidak sedikit
perilaku mental (calon) ibu yang tertekan ditimbulkan oleh perilaku ayah yang
kurang menunjukkan dukungan moral pada ibu yang sedang mengandung. Istri yang
hamil secara fisik umumnya kurang fit. Adalah tugas suami untuk memberi
dukungan penuh untuk menjamin kondisi mental istri dalam kondisi stabil sampai
janin lahir ke dunia. Apabila segala usaha sudah dijalankan secara maksimal (QS
Al Anfal 8:60), maka tawakkal adalah pola pikir paling positif yang disukai
Allah (QS Ali Imron 3:159) sambil menunggu kelahiran sang buah hati.
2. Pendidikan
anak usia 1 tahun
Beberapa hal penting
lain yang perlu jadi prioritas dalam mendidik anak muslim begitu lahir sampai
usia 1 tahun. Pertama,
senandungkan adzan di kuping kanan dan iqamah di kuping kiri bayi beberapa saat
setelah anak lahir ke dunia. Hal ini selain berdasarkan Hadith Nabi, juga
bertujuan untuk memperkenalkan bayi pada Pencipta sebenarnya, yaitu Allah (QS
Asy Syuro 42: 49-50). Dengan cara ini, bayi telah menerima kehangatan dan cinta
kasih Allah. Diharapkan dia akan mengingat pelajaran pertama ini sepanjang
hidupnya.
Kedua, cerita atau
bacakan kisah-kisah dalam Al Quran. Juga bacakan kisah dan keagungan pribadi
Nabi Muhammad. Pastikan, bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh idola pertama sang
anak sampai ia dewasa.
Ketiga, pada saat usia
mencapai 11 – 12 bulan dan sudah mulai dapat berjalan, biasakan membawa anak ke
masjid untuk salat berjamaah setidaknya sekali sehari. Dengan cara ini, anak
akan menyadari penting dan wajibnya manusia beribadah kepada Allah (QS Luqman
31:13). Juga tentang perlunya tidak berisik (khusuk) pada saat-saat tertentu.
Keempat, pada usia ini,
anak sudah mengerti kata perintah dan larangan. Usahakan tidak melarang anak
kecuali kalau memang perlu.
Kelima, katakan pada
anak apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan dengan nada dan penjelasan yang
penuh cinta dan kasih sayang. Seperti, “Ayo kita shalat bersama, supaya kita
disayang Allah.” Atau, “Kamu tidak boleh bermain dengan benda ini, nanti kamu
terluka.” Walaupun Anda berfikir dia tidak akan langsung mengerti yang
dimaksud, pengulangan kata-kata akan membantu anak memahami apa yang Anda
katakan dan perilaku yang harus atau tidak boleh dilakukan.
3.
Pendidikan anak usia 2 tahun
Perkembangan
non-fisikal anak usia 2 tahun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu perkembangan sosial / emosional dan perkembangan intelektual.
Secara intelektual, anak pada usia 2 tahun sudah memiliki kemampuan untuk
mendengarkan lagu, sajak dan cerita sederhana; senang melihat buku-buku,
mengulangi kata-kata, mengucapkan 2-3 kata dan kalimat; tertarik belajar
bagaimana menggunakan benda-benda di sekitarnya; serta mencoba bersenandung dan
bernyanyi.
Sementara dalam segi perkembangan sosial
dan emosional anak sudah memiliki kemampuan untuk bersosialisasi, bermain dan
berdekatan dengan anak-anak lain yang relatif sebaya serta meniru perilaku
orang-tuanya.
Dari
berbagai kemampuan itu, kita dapat memberikan pendidikan dan aktivitas yang
sesuai untuk menstimulasi kemampuan mereka.
Pertama, membaca buat anak (QS Al Alaq 96:1-5). Bacakan
buku anak-anak bergambar dengan suara keras setiap hari. Bacakan dengan penuh
ekspresi dan coba jelaskan gambar-gambar yang tercetak dalam buku. Ekspresikan
perasaan tokoh dalam cerita buku tersebut secara sederhana dan ajak si anak
untuk meniru ekspresi-ekspresi ini. Cari buku anak-anak yang jalan ceritanya
pendek-pendek dan bagus gambarnya.
Yang
tak kalah pentingnya, carilah buku anak-anak yang bernuansa Islami agar pola
pikir (mindset) keislaman tertanam sejak dini.
Kedua, tugas rumah. Ajari anak beberapa tugas kecil dan
biarkan dia melakukannya sendiri tetapi jangan lupa mengawasinya. Biarkan
mereka membantu Anda dengan tugas-tugas rumah yang sederhana seperti
mengumpulkan mainan atau meletakkan baju cucian di keranjang. Dorong mereka
untuk menyebut nama sesuatu yang sedang Anda atau dia gunakan. Ketiga, biasakan perilaku keseharian orang tua se-islami
mungkin, karena ketauladanan adalah guru terbaik (QS Al Ahzab 33:21). Misalnya,
mengucapkan bismillah setiap kali akan melakukan sesuatu, seperti makan, minum,
dsb. Memegang sesuatu dengan tangan kanan. Motivasi dan ingatkan anak untuk
melakukan hal yang sama. Keempat, orang tua harus
sabar. Anak usia ini gampang frustrasi dan suka marah. Apapun situasinya, orang
tua jangan sampai ikut-ikutan marah. Baik marah karena sikap anak atau marah
karena faktor lain. Apalagi sampai memukul anak. Tetaplah
kalem, berbicaralah dengan nada yang tenang. Letakkan tangan Anda dengan lembut
di tangan anak apabila mungkin.
Bagian
keempat ini salah satu hal terpenting dan mungkin tersulit. Terutama bagi orang
tua yang temperamental atau sedang dalam kondisi tidak stabil secara emosianal
karena sejumlah faktor umum seperti depresi, stress, dan lain-lain. Apabila
Anda sedang dalam kondisi tersebut, usahakan saat melepaskan kemarahan tidak
berada di depan anak atau diketahui anak.
4.
Pendidikan anak usia 3 tahun
Hal
penting bagi orang tua dalam pendidikan anak adalah hindari mempermalukan anak
terutama di depan orang lain. Apalagi sampai menyebutnya sebagai anak nakal
atau bodoh. Rasulullah sendiri selalu memperlakukan putrinya, Fatimah, dengan
penuh kasih sayang. Beliau juga memperlakukan anak-anak lain dengan penuh
respek. Pernah seorang Sahabat Nabi membawa putranya yang masih kecil ke masjid
dalam suatu halaqah dengan Nabi. Nabi membawa dan mendudukkan anak tersebut di
depan beliau. tips berikut mungkin membantu orang tua meningkatkan daya
kemampuan intelektual dan sosial anak usia 3 tahun.
Beri
mereka buku untuk dibaca, dan bacakan buku yang sama pada mereka. Pastikan
buku-buku Islami menjadi bacaan utama. Dorong anak untuk mengulang suatu cerita
dan membahas ide-ide dan kejadian di dalamnya. Baca judul cerita, tunjukkan
kata-kata penting pada halaman dan tanda-tanda jalan.
Ulangi
bacaan doa-doa pendek yang biasa dibaca sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
Seperti doa sebelum dan sesudah makan. Sebelum dan sesudah bangun tidur, dsb.
Sering-seringlah berbicara dengan anak; pakailah kalimat
pendek, ajukan pertanyaan dan dengarkan.
Motivasi agar mereka suka membaca dan menulis dengan cara memberikan daftar belanja atau catatan lain. Beri mereka kertas, notebook kecil dan spidol.
Motivasi agar mereka suka membaca dan menulis dengan cara memberikan daftar belanja atau catatan lain. Beri mereka kertas, notebook kecil dan spidol.
Tambahkan
informasi baru pada kata yang diucapkan anak. Apabila anak mengatakan “bola”,
maka tambahkan, “Ya, bola berwarna kuning.”
Nyanyikan
lagu sederhana yang dapat membantu anak mengenal nama-nama. Termasuk nama-nama
salat lima waktu.
Minta
anak membantu pekerjaan rumah seperti menaruh baju kotor di mesin cuci, sampah
di tempat sampah, menyiram bunga, dsb.
Bermain
sepakbola atau bola basket mini, tunjukkan pada mereka bagaimana cara menyepak
dan memasukkan bola basket ke tempatnya.
Motivasi
mereka untuk menggambar. Jangan ditanya menggambar apa. Anak usia 3 tahun hanya
tertarik pada proses menggambar, bukan apa yang digambar.
Ajari
menghitung benda-benda di sekitar; seperti kue, gelas, mainan. Apabila mungkin,
pindah satu-satu saat menghitung.
Dengan
bantuan buku referensi, jelaskan dengan bahasa sederhana mengapa dan bagaimana
sesuatu itu terjadi. Beri penjelasan yang benar dna konsisten, jangan
berbohong. Sikap konsisten sangat penting agar anak tidak bingung. Dan agar
perilaku negatif tersebut tidak ditiru anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Fadlullah.
2015. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Serang. Untirta Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar