Senin, 07 Desember 2015

PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER SEJAK PRALAHIR



DISUSUN OLEH :
DITA GAYATRI
SRI RAHMAYUNI
TITA LASYAH
KELAS 2B

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

PENDIDIKAN MASA PRALAHIR SAMPAI BATITA

1.      Pendidikan Pralahir
William Sallenbach (1998) yang menyimpulkan bahwa periode pralahir merupakan masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi dan mental bayi. Ini adalah suatu masa di mana kedekatan hubungan antara bayi dan orangtua mulai terbentuk dengan konsekuensi yang akan berdampak panjang terutama berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan bayi dalam kandungan.
Islam memperkuat pandangan perlunya pendidikan pralahir. Tidak hanya itu, pendidikan pralahir menurut Islam harus dimulai dari sejak sebelum terciptanya janin. Yakni :
  1. Penciptaan janin harus berasal dari pasangan yang sah. Bukan hubungan perzinahan (QS Al Isra’ 17:32).
  2. Dalam melakukan hubungan biologis, hendaknya dimulai dengan doa, setidaknya dengan baca basmallah.
  3. Setelah terjadinya proses nuthfah (sperma), berlanjut menjadi ‘alaqah dan kemudian mudghah (segumpal daging) (QS Al Mu’minun 23:12-14), maka dimulailah kehidupan seorang anak dalam rahim. Dari tahap ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan sang ibu, sebagai guru pertama seorang anak, untuk mendidik anak yang masih dalam kandungan.

Indera pendengaran pada janin dalam kandungan berkembang sejak janin itu masuk usia 8 minggu, dan terbentuk sempurna ketika janin berusia 24 minggu. Air ketuban berperan penting sebagai penghantar suara yang baik. Janin mulai mendengar suara aliran darah melalui plasenta. Janin juga berekasi terhadap suara-suara keras yang dapat  membuat janin terkejut dan melompat. Oleh karena itu, stimulasi pada janin paling tepat diberikan lewat suara.

Pada usia 24 minggu, otak janin sudah mampu memperdengarkan rangsangan suara. Apabila janin diperdengarkan ayat suci Al Qur'an maka dapat merangsang sel-sel otaknya. Hal ini tidak berarti bahwa dengan memperdengarkan ayat suci Al Qur'an volume otak janin menjadi lebih besar, melainkan dapat mengoptimalkan kerja sel-sel otak yang diharapkan bisa mencerdaskan anak.
Pada dasarnya pendidikan dalam kandungan/pralahir berarti mendidik ibu yang sedang mengandung bayinya yang secara garis lurus akan tertuju pada bayi yang sedang di kandung. Berikut ini beberapa point pendidikan dalam kandungan yang dapat dijalani semua ibu yang sedang mengandung maupun yang belum, diantaranya :
  1. Berpikir positif dan berperang melawan emosi diri sendiri. Ibu yang berfikir positif membantu janin belajar lebih baik di dalam rahim. Basis lingkungan sosial janin adalah sang ibu dan pendidikan yang benar dimulai dengan ibu yang sehat dalam segala hal. Untuk itu kondisi fisik dan kejiwaan sang ibu harus prima selama mengandung serta berusaha menjaga keharmonisan dengan pasangan dan berusaha menghindari konflik dengan pasangan, dengan demikian diharapkan akan melahirkan bayi-bayi yang kuat. Sebaliknya bila ibu berpikir negatif dan tidak berusaha menghindari konflik, maka akan lahir bayi-bayi yang lemah dan akan berpengaruh pada emosi kejiwaan mereka.
  2. Stimulasi kandungan dengan elusan dan tepukan halus. Hal ini bisa dilakukan ketika si janin mulai menendang perut ibu, balaslah dengan tepukan halus dimana ia menendang. Hal ini akan mengajarkan kepadanya bahwa setiap tindakannya akan mendapat respon dari ibunya.
  3. Selalu mengajak bayi berbicara. Semakin ibu komunikatif, semakin cepat bayi belajar untuk mengerti setiap kata yang ibu sampaikan, karena di dalam perut ibu, indera pendengaran bayi sudah mulai berfungsi. Hal ini dapat dilakukan dengan memperdengarkan musik bernuansa Islami agar anak terdidik mengenal Allah sejak dini. Memperdengarkan musik klasik juga dapat menstimulasi kecerdasannya dan bahkan dapat mempertinggi kemampuan pengembangan bahasanya kelak.
  4. Perbanyak berdoa. Ini merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita, apalagi bila ibu sedang mengandung, ada kehidupan lain di dalam perut ibu, hanya Tuhan yang mampu memberikan itu semua, perbanyaklah ibadah, sering-seringlah mengaji, baik untuk ketenangan bayi yang ada dalam kandungan ibu atau untuk ketenangan ibunya sendiri. Alunan suara ibu yang sedang mengaji, akan membuat bayi tenang juga menstimulasi otak dan pendengarannya
  5. Perbanyak belajar. Carilah kegiatan belajar sendiri, apapun itu. Walaupun janin tidak akan belajar secara langsung dari aktifitas sang ibu, akan tetapi perilaku mental ibu yang sehat akan menjadi kenyamanan dan keamanan tersendiri bagi janin dan hal itu akan memberinya fondasi perilaku yang positif terhadap pembelajaran setelah dia lahir.
Peran (calon) ayah dalam hal ini tidak kalah pentingnya. Karena tidak sedikit perilaku mental (calon) ibu yang tertekan ditimbulkan oleh perilaku ayah yang kurang menunjukkan dukungan moral pada ibu yang sedang mengandung. Istri yang hamil secara fisik umumnya kurang fit. Adalah tugas suami untuk memberi dukungan penuh untuk menjamin kondisi mental istri dalam kondisi stabil sampai janin lahir ke dunia. Apabila segala usaha sudah dijalankan secara maksimal (QS Al Anfal 8:60), maka tawakkal adalah pola pikir paling positif yang disukai Allah (QS Ali Imron 3:159) sambil menunggu kelahiran sang buah hati.


2.      Pendidikan anak usia 1 tahun

Beberapa hal penting lain yang perlu jadi prioritas dalam mendidik anak muslim begitu lahir sampai usia 1 tahun. Pertama, senandungkan adzan di kuping kanan dan iqamah di kuping kiri bayi beberapa saat setelah anak lahir ke dunia. Hal ini selain berdasarkan Hadith Nabi, juga bertujuan untuk memperkenalkan bayi pada Pencipta sebenarnya, yaitu Allah (QS Asy Syuro 42: 49-50). Dengan cara ini, bayi telah menerima kehangatan dan cinta kasih Allah. Diharapkan dia akan mengingat pelajaran pertama ini sepanjang hidupnya.
Kedua, cerita atau bacakan kisah-kisah dalam Al Quran. Juga bacakan kisah dan keagungan pribadi Nabi Muhammad. Pastikan, bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh idola pertama sang anak sampai ia dewasa.
Ketiga, pada saat usia mencapai 11 – 12 bulan dan sudah mulai dapat berjalan, biasakan membawa anak ke masjid untuk salat berjamaah setidaknya sekali sehari. Dengan cara ini, anak akan menyadari penting dan wajibnya manusia beribadah kepada Allah (QS Luqman 31:13). Juga tentang perlunya tidak berisik (khusuk) pada saat-saat tertentu.
Keempat, pada usia ini, anak sudah mengerti kata perintah dan larangan. Usahakan tidak melarang anak kecuali kalau memang perlu.
Kelima, katakan pada anak apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan dengan nada dan penjelasan yang penuh cinta dan kasih sayang. Seperti, “Ayo kita shalat bersama, supaya kita disayang Allah.” Atau, “Kamu tidak boleh bermain dengan benda ini, nanti kamu terluka.” Walaupun Anda berfikir dia tidak akan langsung mengerti yang dimaksud, pengulangan kata-kata akan membantu anak memahami apa yang Anda katakan dan perilaku yang harus atau tidak boleh dilakukan.


3.      Pendidikan anak usia 2 tahun

Perkembangan non-fisikal anak usia 2 tahun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu perkembangan sosial / emosional dan perkembangan intelektual. Secara intelektual, anak pada usia 2 tahun sudah memiliki kemampuan untuk mendengarkan lagu, sajak dan cerita sederhana; senang melihat buku-buku, mengulangi kata-kata, mengucapkan 2-3 kata dan kalimat; tertarik belajar bagaimana menggunakan benda-benda di sekitarnya; serta mencoba bersenandung dan bernyanyi.
Sementara dalam segi perkembangan sosial dan emosional anak sudah memiliki kemampuan untuk bersosialisasi, bermain dan berdekatan dengan anak-anak lain yang relatif sebaya serta meniru perilaku orang-tuanya.
Dari berbagai kemampuan itu, kita dapat memberikan pendidikan dan aktivitas yang sesuai untuk menstimulasi kemampuan mereka. Pertama, membaca buat anak (QS Al Alaq 96:1-5). Bacakan buku anak-anak bergambar dengan suara keras setiap hari. Bacakan dengan penuh ekspresi dan coba jelaskan gambar-gambar yang tercetak dalam buku. Ekspresikan perasaan tokoh dalam cerita buku tersebut secara sederhana dan ajak si anak untuk meniru ekspresi-ekspresi ini. Cari buku anak-anak yang jalan ceritanya pendek-pendek dan bagus gambarnya.
Yang tak kalah pentingnya, carilah buku anak-anak yang bernuansa Islami agar pola pikir (mindset) keislaman tertanam sejak dini. Kedua, tugas rumah. Ajari anak beberapa tugas kecil dan biarkan dia melakukannya sendiri tetapi jangan lupa mengawasinya. Biarkan mereka membantu Anda dengan tugas-tugas rumah yang sederhana seperti mengumpulkan mainan atau meletakkan baju cucian di keranjang. Dorong mereka untuk menyebut nama sesuatu yang sedang Anda atau dia gunakan. Ketiga, biasakan perilaku keseharian orang tua se-islami mungkin, karena ketauladanan adalah guru terbaik (QS Al Ahzab 33:21). Misalnya, mengucapkan bismillah setiap kali akan melakukan sesuatu, seperti makan, minum, dsb. Memegang sesuatu dengan tangan kanan. Motivasi dan ingatkan anak untuk melakukan hal yang sama. Keempat, orang tua harus sabar. Anak usia ini gampang frustrasi dan suka marah. Apapun situasinya, orang tua jangan sampai ikut-ikutan marah. Baik marah karena sikap anak atau marah karena faktor lain. Apalagi sampai memukul anak. Tetaplah kalem, berbicaralah dengan nada yang tenang. Letakkan tangan Anda dengan lembut di tangan anak apabila mungkin.
Bagian keempat ini salah satu hal terpenting dan mungkin tersulit. Terutama bagi orang tua yang temperamental atau sedang dalam kondisi tidak stabil secara emosianal karena sejumlah faktor umum seperti depresi, stress, dan lain-lain. Apabila Anda sedang dalam kondisi tersebut, usahakan saat melepaskan kemarahan tidak berada di depan anak atau diketahui anak.


4.      Pendidikan anak usia 3 tahun

Hal penting bagi orang tua dalam pendidikan anak adalah hindari mempermalukan anak terutama di depan orang lain. Apalagi sampai menyebutnya sebagai anak nakal atau bodoh. Rasulullah sendiri selalu memperlakukan putrinya, Fatimah, dengan penuh kasih sayang. Beliau juga memperlakukan anak-anak lain dengan penuh respek. Pernah seorang Sahabat Nabi membawa putranya yang masih kecil ke masjid dalam suatu halaqah dengan Nabi. Nabi membawa dan mendudukkan anak tersebut di depan beliau. tips berikut mungkin membantu orang tua meningkatkan daya kemampuan intelektual dan sosial anak usia 3 tahun.
Beri mereka buku untuk dibaca, dan bacakan buku yang sama pada mereka. Pastikan buku-buku Islami menjadi bacaan utama. Dorong anak untuk mengulang suatu cerita dan membahas ide-ide dan kejadian di dalamnya. Baca judul cerita, tunjukkan kata-kata penting pada halaman dan tanda-tanda jalan.
Ulangi bacaan doa-doa pendek yang biasa dibaca sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Seperti doa sebelum dan sesudah makan. Sebelum dan sesudah bangun tidur, dsb. Sering-seringlah berbicara dengan anak; pakailah kalimat pendek, ajukan pertanyaan dan dengarkan.

Motivasi agar mereka suka membaca dan menulis dengan cara memberikan daftar belanja atau catatan lain. Beri mereka kertas, notebook kecil dan spidol.
Tambahkan informasi baru pada kata yang diucapkan anak. Apabila anak mengatakan “bola”, maka tambahkan, “Ya, bola berwarna kuning.”
Nyanyikan lagu sederhana yang dapat membantu anak mengenal nama-nama. Termasuk nama-nama salat lima waktu.
Minta anak membantu pekerjaan rumah seperti menaruh baju kotor di mesin cuci, sampah di tempat sampah, menyiram bunga, dsb.
Bermain sepakbola atau bola basket mini, tunjukkan pada mereka bagaimana cara menyepak dan memasukkan bola basket ke tempatnya.
Motivasi mereka untuk menggambar. Jangan ditanya menggambar apa. Anak usia 3 tahun hanya tertarik pada proses menggambar, bukan apa yang digambar.
Ajari menghitung benda-benda di sekitar; seperti kue, gelas, mainan. Apabila mungkin, pindah satu-satu saat menghitung.
Dengan bantuan buku referensi, jelaskan dengan bahasa sederhana mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Beri penjelasan yang benar dna konsisten, jangan berbohong. Sikap konsisten sangat penting agar anak tidak bingung. Dan agar perilaku negatif tersebut tidak ditiru anak.









DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah. 2015. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Serang. Untirta Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar