Definisi
Diksi
Pilihan
kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata
mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan
gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Fungsi
Diksi
Fungsi
Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya
ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut
tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana.
Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih
indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung
jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.
Manfaat
Diksi
1.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim
dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari
orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Contoh
Kalimat Diksi
· Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk
memperoleh kepercayaaan masyarakat
· Dia adalah wanita cantik (denotatif)
· Dia adalah wanita manis (konotatif)
· APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata
konkrit)
· Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak
Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya
yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna
konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
Gaya
Bahasa
Gaya Bahasa atau
majas atau kiasan adalah bahasa indah
yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.Majas dapat digolongkan sebagai berikut.
A.
Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1.
Majas Perumpamaan
Perumpamaan
adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja
dianggap sama.
Contoh:
- Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang
mustahil)
- Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan
disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
- Semanis madu.
- Sedalam laut.
- Secantik bidadari.
- Sesegar udara pagi.
Perumpamaan
secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka,
sepantun, laksana, umpama.
2.
Metafora
Metafora
adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua
hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti
namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:
- Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
- Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
- Kelaparan masih tetap menghantui rakyat
Etiopia.
- Nina tangkai hati ibu.
3.
Personifikasi
Personifikasi
adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi
seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
- Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
- Banjir besar telah menelan seluruh harta
penduduk.
- Matahari mulai merangkak ke atas.
- Kabut tebal menyelimuti desa kami.
4.
Alegori
Alegori
pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
- Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh
bagi seseorang dalam rumah tangga)
B.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
- Hiperbola
- Litotes
- Ironi
- Antonomasia
- Oksimoron
- Paradoks
- Kontradiksio
1.
Hiperbola
Contoh:
- Keringatnya menganak sungai.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
2.
Litotes
Litotes
adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu
menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
- Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa.
Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
- Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya
terima dengan senang hati.
3.
Ironi
Ironi
adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau
bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
- Bagus benar ucapanmu
itu, sehingga menyakitkan hati.
- Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak
satupun ada yang betul.
4.
Antonomasia
Antonomasia
adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
- Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak
perlu bertanya.
- Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang
menghadapinya.
- Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar
bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
5.
Oksimoron
Oksimoron
adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang
mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
- Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk
mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para
pesertanya.
- Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan
kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu
kelompok masyarakat atau bangsa.
- Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi
juga sangat berbahaya.
6.
Paradoks
Paradoks
adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan,
tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
- Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya
besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa,
mungkin karena belum mempunyai anak.
- Walaupun ia tinggal di kota besar, kota
metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya
kesepian.
7.
Kontradiksio
Kontradiksio
adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah
dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
- Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai,
hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
- Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip
kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
C.
Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
- Metonimia
- Sinekdok, terdiri atas:
- Pars pro toto
- Totem pro parte
- Alusio
- Eufemisme
1.
Metonimia
Metonimia
adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan
dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
- Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya
rokok)
- Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti
orang yang mempunyai ciri jangkung.
2.
Sinekdok
Sinekdok
adalah majas yang
menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
- Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang
hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
- Indonesia berhasil
memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu
bulu tangkis)
- Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud
keseluruhan. Contoh:
- Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh
layar di sekitar pelabuhan itu.
- Selama ini kemana saja kau?
Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan
kau.
- Ia harus bekerja keras sejak
pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
- Kita akan mengadakan selamatan
sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita
tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp
1.500,00
- Totem pro parte adalah majas penyebutan
keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
- Dalam musim kompetisi yang
lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita
harus tampil sebagai juara satu.
- Dalam pertandingan musim lalu,
Indonesia dapat meraih medali emas.
3.
Alusio
Alusio
adalah majas yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan
peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya
sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
- Menggantang asap saja
kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
- Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya
makin tua makin menjadi)
4.
Eufemisme
Eufemisme
adalah majas kiasan
halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan.
Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu
atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
- Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
- Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti
harimau)
- Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga
BBM. (Pengganti menaikkan)
D.
Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya
merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar