Nama : Sri
Rahmayuni
NIM :
2225141755
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
2014-2015
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa
merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam
bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah
kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Telah
dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi
bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang
menggembirakan.
Dibandingkan
dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa
jawa (yang menjadi bahasa ibu bagisekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa
melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasaitu
diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk
pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itu jualah
pemilihan bahasa jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang
berlebihan.
Alasan
kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya
secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti diketahui,
bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa yang
bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejara yang panjang sebagai ligua France.
Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejara yang panjang sebagai ligua France.
Dari
sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab, kita
ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di sumatera Timur paling tidak sejak abad ke
-7 merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara
yang maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India
dan pulau-pulau di Asia Tenggara. Bahas melayu mulai dipakai dikawasan Asia
Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan
ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang
tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit
barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu
bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno.
Bahasa
melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman sriwijaya saja karena di jawa tengah
(Banda Suli) juga ditemuka prasasti berangka tahun 832 M dan dibogor ditemukan
prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta.
Yang
dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa perhubungan (lingua france) dikepulauan
nusantara, yaitu bahasa melau. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu
tampak makin jelasa dari, peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang
berupa batu tertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh,
berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17),
seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu,
Tajussalatin dan Bustanussalatin. Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara
bersama dengan menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau,
antara suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa
melayu tidak mengenal tutur.
Pada
tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini
dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia
tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak
abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai
dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah
dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah
menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya.
Bentuk
yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan
oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung
Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh
sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah
kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan
bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa
Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu
Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh
banyak pedagang dalam berkomunikasi.
Sumber Bahasa Indonesia
Sejarah
tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu. Dimana
Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara (lingua
franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di Kepulauan
Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini
diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan di indonesia
yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu
telah Berfungsi Sebagai :
- Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi
aturan-aturan hidup dan satra
- Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di
Indonesia
- Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia
mapupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
- Bahasa resmi kerajaan.
Jadi jelashlah bahwa bahasa
indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.
Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional
merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli
sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu
“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal
18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.
Mengapa
Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia.
Penyebutan pertama istilah “Bahasa
Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang
tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan
Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja
Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa
Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah.
Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan
keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Berbagai batu bertulis (prasasti)
yang ditemukan itu seperti:
- Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.
- Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
- Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
- Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi,
tahun 688.
Yang
kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk
bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Prasasti-prasasti lain yang bertulis
dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:
- Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan
Prasasti Manjucrigrha.
- Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.
Kedua
prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada
saat itu bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga dipakai di Jawa.
Penelitian linguistik terhadap
sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa
Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.
Ada empat faktor yang menyebabkan
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
- Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
- Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena
dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus).
- Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan
sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
- Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Peristiwa-Peristiwa Penting Yang
Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia.
Peristiwa-peristiwa penting yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
- Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh
Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
- Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan
penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya
dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
- Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan
bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam
sidang Volksraad (dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa
Indonesia.
- Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa
indonesia menjadi bahasa persatuan.
- Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
- Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia.
- Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar
oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
- Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.
- Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan
Republik (ejaan soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang
berlaku sebelumnya.
- Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan
tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia
yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa
negara.
- Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
- Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
- Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam
rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928,
juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
- Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara,
yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
- Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira
tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu
dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura,
Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
- Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar
bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang,
Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
- Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa
Indonesia
- Budi Otomo.
Pada
tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan
yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia,
dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda
diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik
dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa
Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu
pengetahuan barat.
2.
Sarikat Islam.
Sarekat
islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang
perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya,
sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang
politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan
ialah bahasa Indonesia.
3.
Balai Pustaka.
Dipimpin
oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan
ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi
balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan
majalah.
Hasil yang diperoleh dengan
didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa
Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
- Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa
Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
- Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk
membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
- Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat
sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
- Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa
melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang
akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang
bersusun baik dan terpelihara.
- Sumpah Pemuda.
Kongres
pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun
1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan
kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung
kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan
juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari
segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan
dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai
oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan
utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai
organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada
tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang
lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu
mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan
bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan
bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa
yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
Kedudukan Dan Fungsi Bahasa
Indonesia
Kedudukan Bahasa Indoensia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan
yang sangat penting yaitu :
- Sebagai Bahasa Nasional.
Seperti
yang tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini
berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya
berada diatas bahasa-bahasa daerah.
2.
Sebagai Bahasa Negara
Tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
- Lambang kebangsaan
- Lambang identitas nasional
- Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya
- Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam
satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai :
- Bahasa resmi kenegaraan
- Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
- Alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
- Alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ragam dan Variasi Bahasa
Ragam Bahasa
Adanya
bermacam-macam ragam bahasa terjadi karena fungsi, kedudukan serta lingkungan
yang berbeda-beda. Ada beberapa ragam bahasa yaitu :
- Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Perbedaan ragam lisan dan tulis
yaitu :
- Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman bicara
sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.
- Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti
subjek, prediket dan objek tidak selalu dinyatakan, sedangkan ragam tulis
harus dinyatakan.
- Ragam lisan sangat terikan pada kondisi, situasi, ruang
dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.
- Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara sedangkan
ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca, huruf kapital dan huruf miring.
- Ragam Baku dan Ragam Tidak
Baku
Ragam
baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang
tidak dilembagakan da ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam
baku.
2.
Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku
Lisan
Ragam
baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran
atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam baku lisan bergantung kepada
besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya.
3.
Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional
Ragam
sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam fungsional adalah ragam bahasa
yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu
lainnya.
Variasi Bahasa
Variasi
Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :
1.
Variasi bahasa dari segi penutur
Yaitu
variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial.
2.
Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya
disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa
itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik,
militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa
dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan
dalam bidang lain.
3.
Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi
bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu :
4.
Variasi Baku (frozen)
Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada
situasi hikmat seperti upacara kenegaraan dan khotbah.
5.
Variasi Resmi (formal)
Adalah Variasi bahasa yag digunakan pada kegiatan resmi atau
formal seperti surat dinas dan pidato kenegaraan.
6.
Variasi Usaha (konsultatif)
Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa.
Seperti pembicaraan di sekolah dan rapat.
7.
Variasi santai (casual)
Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi. Seperti perbincangan dalam keluarga atau perbincangan dengan teman.
8.
Variasi akrab (intimate)
variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para
penutur yang hubungannya sudah akrab.
9.
Variasi bahasa dari segi sarana
Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau
jalur yang digunakan. Seperti telepon,
dan radio.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa :
- Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu
- Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan
sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara
Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945.
- Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena
bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di
nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta
tidak memiliki tingkatan bahasa.
- Bahasa indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
- Seiring dengan perkembangannya bahasa indonesia
memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa
Indonesia sendiri.
Saran
Sebagaimana
yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. Sebagai
bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah tersebut
dengan tetap menghrmati bahasa melayu. Disamping itu alangkah baiknya apabila
kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Oleh:Prof. Dr. Mursai Esten
Sumber: Forum Bahasa dan Sastra
Sumber: Forum Bahasa dan Sastra
Ahmadi Muhsin, 1990. sejarah dan
standarisasi bahasa Indonesia. Bandung : sinar baru algesindo. Aripin Z.E,
Broto A. S, “Pengajaran Bahasa
Indonesia”, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
Tasai, S Amran dan E. Zaenal Arifin,
“Cermat Berbahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi”, Akademika
Pressindo, Jakarta, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar